Selasa, 07 Juni 2011

E-BEAM

Permasalahan Penggunaan E-beam

Dalam pengaplikasian segala inovasi-inovasi yang sudah dibuat tentunya ada hambatan dan tantangan yang terjadi, dalam hal ini perlu adanya kesadaran dalam diri sendiri dan khususnya pemerintah untuk dapat mewujudkan inovasi-inovasi tersebut. Dengan fenomena teknologi yang semakin canggih ini pemerintah seharusnya dapat memanfaatkan keadaan ini dengan mengaplikasikan inovasi diatas dalam dunia pendidikan Indonesia agar Indonesia memiliki generasi-generasi yang cerdas dan berwawasan luas sehingga nantinya dapat bersaing di tingkat internasional.
Terdapat masalah-masalah yang dihadapi mengenai penggunaan e-beam dalam dunia pendidikan, antara lain sebagai berikut :
a.    Masalah Terkait Level Pemanfaatan ICT di Sekolah
Jika mengacu pada level pemanfaatan ICT di sekolah, maka Indonesia masih dalam tahap applying menuju integrating. Artinya apa, ICT dalam konteks pembelajaran di sekolah masih dijadikan sebagai obyek yang dipelajari alias menjadi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya mata pelajaran TIK dalam kurikulum nasional. Karena hal ini, maka Indonesia membutuhkan banyak tenaga guru TIK di sekolah. Jika ini dianggap sebagai peluang, maka ini adalah peluang besar bagi almuni TP untuk menjadi guru TIK. Namun sayang, hal ini belum menjadi perhatian besar dari pengambil kebijakan. Masih banyak guru TIK yang memiliki latar belakang dan kompetensi yang bukan dalam bidang TIK. Misalnya, guru matematika atau agama merangkap sebagai guru TIK. Tentu saja, jika telah bekerja di sekolah tidak hanya sekedar menjadi guru TIK, tapi menjadi model guru yang menerapkan teknologi pendidikan dengan baik. Disamping itu, dapat pula memberdayakan diri sebagai pengelola learning resources center dengan segala macam jenis tugas dan fungsinya.
Kemudian belum adanya keadaran dari para pendidik kita untuk berusaha melek teknologi, guru-guru hanya bisa menjadi user tanpa ingin memanfaatkan teknologi tersebut misalnya di dunia pendidikan. Lalu masih kurang meratanya perkembangan teknologi di Indonesia banyak daerah-daerah yang pendidikannya masih tertinggal sehingga menyulitkan untuk dapat menerapkan inovasi di daerah tersebut.
b.    Masalah terkait problematika pembelajaran di sekolah
Pembelajaran di sekolah, secara umum fakta yang terjadi adalah masih bersifat teacher-centered. Dimana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi penonton utama (datang, duduk, catat, dengar, ujian, lulus/tidak). Teknologi pembelajaran memiliki posisi dan peran dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kemenarikan pembelajaran. Di sekolah peran teknologi pembelajaran menjadi change agent untuk hal ini. Dari sisi kawasan pemanfaatan teknolog pembelajaran dapat berperan dalam memilih, menentukan dan menerapkan media pembelajaran yang relevan untuk kebutuhan pembelajaran tertentu. Begitu pula halnya dari sisi kawasan pengembangan, pengelolaan dan evaluasi.
Dengan menggunakan e-beam suasana belajar-mengajar akan semakin menarik, karena siswa dapat melihat objek yang dijelaskan guru dalam pentuk visual, kemudian penggunaan yang dapat mempermudah guru dalam mengajar menjadi kelebihan utama yang dapat menarik perhatian murid, sehingga para murid bersemangat saat belajar.
Dari masalah di atas tentunya e-beam bisa menjadi solusi untuk menjadikan pendidikan Indonesia yang lebih maju, namun keterbatasan ilmu dan kesadaran kegunaan perangkat tersebut menjadi penghalang bagi terlaksananya pembelaharan dengan penggunakan perangkat e-beam tersebut. Sumber daya manusia di Indonesia harus lebih unggul sehingga dapat melaksanakan inovasi yang ada bahkan dapat menciptakan inovasi-inovasi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar